Serial Anak-anak Nusantara: Si Anak Spesial dan Si Anak Pemberani

Judul Buku :Si Anak Spesial
Penulis : Tere LiyePenerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : Desember 2018
Jumlah Halaman: 333 halaman
Sinopsis:
Burlian, anak ketiga dari Mamak dan Bapak. Buku yang terdiri dari 25 bab
ini, seakan mengajak saya berpetualang bersama Burlian dengan segala keunikan,
keceriaan hingga kenakalan khas anak-anak yang hidup di kampung yang saat itu
belum masuk listrik, saat malam masih mengandalkan penerangan dari petromak dan
lampu centang.
Meskipun Burlian ini nakal, ngeyel, sering membantah, suka mengganggu
adiknya yaitu Amel, tapi sebetulnya dia anak yang baik. Dia anak yang peduli.
Lihatlah, betapa usahanya bersama pak Bin, telah membuat kawan sekelasnya
Munjib, bisa tetap melanjutkan sekolah setelah sempat tiga minggu tidak sekolah
karena dilarang Bapaknya.
Banyak cerita seru yang dikisahkan Burlian, yang paling sedih tentu saja
saat Burlian ngambek menagih janji Mamak untuk membelikan sepeda saat dia
khatam Al-Quran, berujung Mamak menggadaikan cincin nikahnya dan akhirnya
hilang, dan membuat Mamak bersedih dihadapan Bapak, tanpa sepengetahuan mereka,
baru pertama kali Burlian melihat Mamak menangis gara-gara ulahnya. Dan masih
ada lagi yaitu, robohnya sekolah hingga menewaskan teman baiknya yang jago
Matematika, yaitu si kembar Juni dan Juli, Burlian pun sempat dirawat. Kejadian
tersebut sampai diliput TVRI, satu-satunya televisi saat itu. Sampai Burlian
didatangi pejabat dari kota saat masih dirawat, pejabat tersebut akan
mengabulkan permintaan apapun yang diinginkannya. Salah satu yang tentu saja
membuat saya terharu, Burlian ingin agar ‘Pak Bin diangkat jadi PNS’.
Kemudian yang lebih kerennya lagi, Burlian ini pecinta buku, ia memiliki
impian untuk sekolah di sekolah yang memiliki perpustakaan besar, dan ia ingin
melihat dunia, pergi keliling dunia. Di tengah keterbatasan yang dimiliki, ia
tak pernah takut untuk terus bermimpi. Beruntung saat kelas 3 SD, Burlian
berteman dengan kepala proyek yang membangun jalan di kampungnya, Nakamura.
Nakamura memiliki anak perempuan yang seusia dengan Burlian, namanya Keiko.
Berkat surat yang dikirimkan Burlian pada Keiko, membuat hubungan antara ayah
dan anak, Nakamura dan Keiko menjadi lebih baik. Selesai pembangunan jalan di
kampungnya dan setelah menyelesaikan pembangunan jalan di Sumatera, Nakamura
kembali ke Jepang, dan Burlian sudah lama tidak bertemu. Saat lulus SD,
berkat bantuan Nakamura, Burlian melanjutkan SMP, SMA dan Kuliah di Jakarta.
Kemudian saat pertukaran pelajar Indonesia-Jepang, Burlian akhirnya bertemu dengan
Nakamura dan anaknya di Jepang.
Bagi penikmat buku, novel ini akan mungkin membuat kamu kembali
bernostalgia dengan masa anak-anak. Novel ini juga memberikan beberapa ilmu pengetahuan
tentang hal-hal yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya, tentang mendidik
anak dengan cara yang baik, tentang dedikasi seorang guru kepada
murid-muridnya. Mengajarkan pada anak untuk mencintai dan menghargai
orangtua.
Judul Buku : Si Anak Pemberani
Penulis : Tere LiyePenerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : Desember 2018
Jumlah Halaman: 424 halaman
Novel
ini berkisah seorang anak bernama Eliana, anak sulung mamak. Di novel ini
menggambarkan sosok eliana yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, proses
belajar yang baik, menyatu dengan kepolosan, kenakalan, hingga isengnya dunia
anak-anak, petualangan hebat, pengorbanan, dan pemahaman tentang kehidupan
tumbuh dari wajah-wajah ceria terus melekat sehingga mereka dewasa.
Kisahnya
tentang keluarga sederhana, Pak Syahdan dan Mak Nur yang membesarkan
anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi, tegas, akhlak dan memberikan teladan
dari perbuatannya. Eliana yang selalu dijuluki sebagai anak pemberani sejak
lahir, tumbuh menjadi anak sulung mamak yang pemberani dan tidak takut sengan
hal apapun. Keberaniannya sudah muncul sejak awal-awal kisah, dimana dia berani
membentak ‘para petinggi’ di sebuah forum resmi, “JANGAN HINA BAPAKKU!!”.
Sifat
inilah yang selanjutnya menggiring dia dan anggota Buntal yang lain dalam misi
menghalangi para pengeruk pasir. Dengan gaya pengintai mereka menyusun
rencana-rencana dari mulai mengempesi ban, hingga tindakan Marhotap melempar
kantong-kantong bensin ke truk pengeruk pasir. Di sekolah ia berani “berduel”
oleh teman laki-lakinya yang bernama Anton. Berduel dalam artian Eliana berani
bersaing dengan Anton secara jujur, diantaranya bermain bola Voli, gobak sodor,
lomba lari 10 putaran mengelilingi lapangan, sampai ia mengumandangkan adzan di
mushola yang berujung pada pertemuan seluruh warga kampung di mushola.
Selain
itu, keberaniannya juga terlihat pada saat ia merasa tidak suka pada saat ada
penambang pasir di desanya yang sangat mengganggu keseimbangan alam di desanya,
mulai dari warga yang kesulitan mencari kucur di sungai, kesulitan mencari batu
hias di dasar lubuk larangan, sampai warga yang harus kerepotan untuk
mengunjungi kebun jagung miliknya. Kemudian dia bersama empat temannya
mendirikan genk “Empat Buntal” untuk melakukan perlawanan terhadap penambang
tersebut. Ditengah-tengah perlawanan yang mereka lakukan, ia harus kehilangan
salah satu anggota genk.
Selain
menceritakan tentang keberanian Eliana, kisah ini juga menceritakan tentang
Eliana yang membenci statusnya menjadi anak Sulung. Ia membenci mamak yang
mengharuskan Eliana menjaga dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Sampai
akhirnya ia kabur dari rumah.
Di
novel ini banyak sekali nasehat-nasehat orang tua kepada anaknya, banyak
pemahaman-pemahaman baik untuk kita jalankan dikehidupan ini. Memang jika kita
melihat novel ini dari covernya maka tidak ada menarik-menariknya untuk dibaca
tapi setelah membaca satu atau dua bab maka kalian akan ketagihan untuk
membaliknya. Buku yang baik tidak dilihat dari sampulnya bukan?
Dinovel ini pula aku menemukan nasehat
yang sama, seperti nasehat orang tuaku dulu sewaktu aku kecil, bapakku tak
bosan bosan menasehatiku dengan kata kata ini. Kalo tidak salah seperti ini
“Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah
ikutan golongan yang merusak. jika kalian tidak bisa berdiri di depaan
menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. dukung orang-orang yang
mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. itu lebih baik.”
hey hey
ReplyDeletequotesnya bermakna sekalii
ReplyDeletejdi pengen cpt2 baca daah
ReplyDeleteKeren...
ReplyDeleteKisah nyata?
ReplyDeleteOke
ReplyDeleteKok aku males baca
ReplyDeleteanak cerita
ReplyDelete