Serial Anak-Anak Nusantara: Si Anak Kuat dan Si Anak Pintar
Buku serial ini awalnya bertajuk serial anak-anak
mamak, yang terdiri dari buku:
- Amelia (2011)
- Burlian (2009)
- Pukat (2010)
- Eliana (2013)
Setelah keempat buku yang mengagumkan karya Tere Liye
ini dirilis, muncullah buku kelima yang tak kalah mengagumkan berjudul Si Anak
Cahaya pada Desember 2018. Dan sejak saat itu serial ini berubah menjadi serial
anak-anak Nusantara.
Kabarnya Bang Tere akan memunculkan cerita-cerita
tentang keluarga lain dari berbagai daerah di nusantara. Cerita yang mengambil
tema keterbatasan ini sungguh menarik perhatian saya. Cerita ini dikemas dengan
elegan dan fresh. Menceritakan keterbatasan di daerah pelosok, namun meskipun
anak-anak ini berhadapan dengan keterbatasan, mereka tetap tersenyum dan
tertawa riang.
Serial ini mengajarkan tentang pengorbanan, keceriaan,
keikhlasan, dan banyak nilai moral lainnya yang sangat cocok untuk dibaca
anak-anak atau orang tua. Rasanya kita jadi terinspirasi untuk bertingkah
seperti tokoh utama, yang dapat menghadapi semua masalah dengan jalan lain.
Daripada penasaran, mari kita lihat sinopsisnya:
Penulis : Tere
Liye
Penerbit : Republika
Penerbit
Tahun Terbit : Desember 2018
Jumlah Halaman : 397 halaman
Sinopsis:
Novel Amelia, serial anak-anak mamak merupakan seri
pertama. Bang Tere Liye mengisahkan tidak selamanya anak bungsu itu berperilaku
cengeng, manja dan tidak bisa diatur. Buktinya pada sosok Amelia, yang terlahir
dengan perilaku yang kuat, tidak pernah menyerah, sekalipun situasinya
menyadaekanya bahwa anak bungsu pada akhirnya akan tetap menjadi “penunggu
rumah” dan sejauh apapun ia pergi, takdir akan membawanya kembali.
Dari kecil Amelia disebut oleh mamak dan bapaknya
Amelia si gadis bungsu yang kuat. Terlahir menjadi bungsu, membuatnya tidak
terima dengan kenyataan, selalu ingin bertukar posisi dengan kakak sulungnya,
Eliana. Baginya menjadi bungsu hanyalah korban perintah-perintah
kakaknya, selalu disuruh-suruh dan selalu menjadi penunggu rumah. Selain
memiliki kakak sulung yang selalu ngetur-ngetur, Amelia juga memiliki dua kakak
laki-laki yang tak kalah menyebalkanya dengan Eliana, yang setiap hari
menjahili dan ngeledek Amelia, kakak kedua Pukat si anak pandai, dan si Burlian
si anak special.
Dalam kisah Amelia ini, bang Tere Liye menyampaikan
pesan moral tentang keharusan anak manusia merantau dan menjelajah dunia untuk
menuntut ilmu, sekalipun ia anak perempuan dan bungsu pula. Itulah yang
dilakukan Amelia, sekalipun Kak Pukat dan Burlian selalu mengatakan bahwa
Amelia akan tetap jadi penunggu rumah, tidak akan pernah kemana-mana, tetap
tinggal di kampung halaman. Akhirnya Amelia tetap bisa membuktikan bahwa anak
bungsu yang dulu selalu jadi “korban” perintah kakak-kakaknya bisa
menyelesaikan gelar doktor dalam bidag Pedagogi, juga menyelesaikan studi dalam
bidang Pertanian Kultur Jaringan, karena demi kampung tercintalah si bungsu
Amelia mengambil jurusan tersebut, gigih sekali ingin kampung tercinta memiliki
lahan kopi yang produktif. Bahkan Amelia sudah menyusul kak Pukat sampai ke
Belanda..
Kalau kalian tahu apa yang dilakukan Amelia setelah
menuntut ilmu sampai negeri kincir angin, lalu mewujudkan cita-cita yang sedari
awal tak pernah ia ketahui, dan ternyata cita-cita tersebut dekat sekali dengan
kehidupannya. Apakah kalian akan menganggap Amelia si bungsu yang “bodoh”? atau
si bungsu yang mulia? Maka kalian harus baca bukunya, temukan sensasi
“riangnya” jadi anak bungsu. Dan baca juga serial kakak-kakaknya, Eliana, Pukat dan Burlian. Selalu ada hikmah di setiap lembar kisah mereka.
Judul Buku : SI
ANAK PINTAR
Penulis : Tere Liye
Penerbit :
Republika
Tahun
Terbit : Cetakan 2, Desember
2018
Jumlah Halaman : 345 halaman
Sinopsis:
Pukat adalah salah satu novel yang bercerita tentang salah satu anak mamak yaitu Pukat. Diantara seluruh anak mamak, Pukat lah yang paling pintar dan cerdas. Novel ini bercerita tentang Pukat dan keluarganya yang mendukung keadilan.
Pukat yang
dididik di dalam keluarga yang super disiplin, memegang teguh nilai-nilai
kebaikan, menjunjung tinggi kehormatan keluarga walaupun mereka berada di
lingkungan yang jauh dari kota, kabupaten maupun kecamatan. Akan tetapi,
anak-anak mamak memiliki cita-cita luar biasa yang tak kalah dengan cita-cita
orang kota, mereka diberi pemahaman kehidupan dengan contoh-contoh yang selalu
diterapkan oleh mamak dan Bapak (pak syahdan).
Tak hanya
menjawab pertanyaan-pertanyaan Burlian, sering kali ia menggunakan
kepandaiannya untuk memecahkan masalah ataupun membantu orang.
Novel
yang ditulis oleh Tere Liye ini menceritakan tentang kesederhanaan hidup,
memberi pemahaman bahwa untuk mencapai sesuatu yang tinggi ditengah
kesederhanaan bukanlah suatu halangan akan tetapi sebuah tantangan, bagimana
menghormati cita-cita dengan kejujuran. Di sekolah ia dikenal sebagai anak yang
pintar dan mudah bergaul sehingga ia memiliki banyak teman.
Raju menjadi teman
karibnya 5 tahun terakhir.. Meski banyak perbedaan pendapat di antara mereka
akan tetapi mereka bisa menyelesaikan masalahnya. Salah satu contonya adalah
ketika mereka memiliki perbedaan pendapat hingga mereka saling bermusuhan. Saat
Pukat memilki shio kambing dan Raju memiliki shio ayam. Pukat paling tidak suka
dipanggil dengan sebutan “kambing” dan begitupun dengan Raju, ia sama sekali
tidak suka dipanggil dengan sebutan “ayam”.
Hingga suatu hari Wak Lihan mengadakan acara pernikahan anaknya hingga mereka
bertemu di kedai gulai yang disediakan oleh Wak Lihan. Ketika mereka ditanyai
hendak memakan gulai apa yang mereka inginkan mereka menjawab serempak
“kambing” jawab Pukat begitu pula “ayam” kata Raju. Begitulah cara unik yang
membuat mereka berdamai. Akan tetapi di tengah-tengah kehangatan persahabatan
mereka, kampung mereka dilanda bencana banjir besar dan memisahkan dua insan
yang telah lama membangun persahabatan.
Sekalipun
Pukat merupakan anak yang baik akan tetapi bukan berarti ia selalu menuruti
semua perintah Mamaknya. Ia pernah membantah saat disuruh menghabiskan sarapan.
Pukat merasa bosan dengan menu yang hanya nasi dan kecap asin meskipun
Mamaknya sudah mengingatkannya. Kisah kecil ini mengingatkan kita bahwa
dalam kondisi apapun kita harus tetap mensyukuri nikmat yang telah diberikan
TUHAN.
Pukat
yang selalu penasaran akan hal baru, selalu berusaha mencari tahu teka-teki
yang diberikan Wak Yati (kakak ayah Pukat) meskipun ia malas menjawab teka-teki
yang diberikan Wak Yati karena teramat sulit untuk dipecahkannya.
Empat
belas tahun kemudian Pukat berhasil menggapai cita-citanya untuk bisa
bersekolah di Amsterdam dan ia berjanji akan segera kembali ke kampung
halamannya untuk mengabdikan diri serta menjawab teka-teki yang diberikan Wak
Yati. Sekalipun Wak Yati sudah jauh berada di alam yang berbeda akan tetapi Pukat
akan menjawab teka-tekinya di atas pusaranya.
ciahh, novel teroos
ReplyDeleteSi anak pintar???, aku maksudnya??
ReplyDeleteAku yo
ReplyDeletePembaca sejati :v
ReplyDeleteKeren, min...
ReplyDeleteNamaku disebut
ReplyDeleteKok gak donk lagi
ReplyDeleteanak novel
ReplyDelete